Air matamu mengiris hatiku halus
kuusapkan telapak tanganku ke wajahmu yang pucat
terlihat ketakutan kehilangan akan nafasmu
nafasmu yang mengalir dalam nafasku
Kubelai rambutmu dengan kelembutan angin malam
terasa getaran menyatu diujung jari-jari
tak kuasa menahan gejolak kasih
limpahan nuansa kejora malam yang tak bertepi
Tak akan kutinggalkan hatimu yang manangis pilu
telah terpatri janji pada kedalaman nurani
akan ikut menyatu kegalauan kasih dalam derita
meski kekuatan malam hendak meragas
Kepada Jaranireng: Aku dan Tulisanku
Adakah orang akan bertanya akan aku ketika aku
tak pernah menulis satu kata?
Adakah orang akan mencari namaku ketika aku
tak pernah meninggalkan kesan?
tulisanku adalah diriku, diriku mustahil adalah tulisanku
jari-jariku bekerja dengan otakku
tapi tidak dengan diriku
diriku adalah kumpulan prilaku potensi dosa
diriku adalah susunan tulang daging darah
yang mungkin telah menyerap barang haram
diriku bukan milikku, lingkunganku telah mengklaimnya
Adakah orang pernah menerima aku berbeda dengan tulisanku?
Berjayalah kalimat-kalimat yang kutulis
sebab mereka mendapat teman dan musuh yang menghormati
ingin aku memasukkan diriku ke dalam tulisanku
harap aku bisa mendapat sapaan hormat yang sama
Tulisanku adalah produksi otakku yang bersahaja
tak dapat bercengkrama dengan prilakuku yang
diproduksi oleh niatku yang subjektif
tulisanku memberi tahu tentang aku ke dunia
sementara aku tak pernah berbuat yang sama
kepada tulisanku....
Tanpa Judul Maaf saya tidak dapat menemukan judul yang tepat untuk untaian kalimat yang hendak saya tulis hari-hariku dipenuhi oleh suara-suara tak bergetar seperti kemarin .... getaran itu semakin lama semakin sayup... perlahan getaran itu melemah dan berhenti seperti denyut nadi anak-anak ingusan tak terdengar mereka oleh gesekan angin Jika demokrasi adalah judul terindah bagi suatu bangsa maka bangsaku hendak menggunakannya pula mereka mengorbankan jiwa dengan sukarela atau dengan pesan mereka sama-sama berdarah dan bahkan hilang oleh dahaga tanah aliran sari-sari makanan kebebasan tak pernah sampai tersebar ke seluruh tubuh berhenti mereka di antara lembaran-lembaran kertas berstempel Maaf jika hidupku adalah demokrasi nampaknya ia tak punya judul lagi kadang saya merasa sangat berharga dan ingin hidup seperti jiwa Chairil Anwar namun kadang saya menemukan ketidakbernilaian yang mendorongku untuk mengakhiri hidup the object of my affection telah mati bersama judul tulisan-tulisan tentang demokrasi yang semakin kabur Kepada Seorang Ayah yang berbahagia, Kubayangkan butir air mata memenuhi pelupuk matamu saat kau membacakan baris-baris kasih sayang kepada buah hatimu Kusapa, ada beberapa butir air mata menggantung di sukmaku hendak menyeruak ke dunia menemani keharuanmu Tak ada yang dapat kuucapkan hari ini seperti hari kemarin, aku hanya bisa membisu coba kutulis beberapa kata ungkapan kehormatan kepadamu yang kini duduk menyaksikan ilham Allah merasuki tulang-tulang tuamu. Adakah aku akan melihat orang tuaku sebahagia lantunan nyanyian hatimu yang hendak menempuh tahap tertinggi kodrat manusia? aku merenung menggores bayangan butiran air matamu yang terdorong keluar oleh kebahagiaan aku berusaha menutupi jalan untuk air mataku yang tak sanggup menahan keharuan menuntut jalan keluar, mungkin hendak berteman dengan air matamu |
0 komentar:
Posting Komentar